Daftar Isi: [Sembunyikan] [Tampilkan]

RPMSUPER.COM – HALO BRAY. Nissan adalah salah satu pabrikan otomotif asal Jepang yang sudah memiliki nama yang cukup besar di Indonesia. Namun, dalam beberapa tahun terakhir Penjualan Nissan Semakin Merosot.

Tentu bukan  suatu hal menyenangkan bagi pabrikan. Namun, industri otomotif sekarang ini berkembang dengan sangat pesat. Persaingan antar pabrikan semakin sengit, juga para konsumen yang sudah mulai terbuka dengan mobil dari brand China.

Penjualan Nissan Semakin Merosot

Target penjualan yang sudah tiap tahun ditargetkan sudah tidak pernah tercapai. Bahkan, angka penjulannya setiap tahun terus menurun. Bahkan langkah mengakusisi Datsun sebagai mobil entry level Nissa tidak dapat membantu banyak.

Berikut data penjualan Nissan berdasarkan data dari Gaikindo yang saya sadur dari mobil123.com.

  • Tahun 2013 : 61.135 unit
  • Tahun 2014 : 54.317 Unit
  • Tahun 2015 : 54.475 unit
  • Tahun 2016 : 38.637 unit
  • Tahun 2017 : 24.972 unit
  • Tahun 2018 (Januari – Agustus) : 14.119 unit.

Dari angka 60 ribuan unit, semakin kesini semakin menyusut keangka belasa ribu saja. Dari bulan Januari – Agustus 2018 juga mengalami penurunan bila dibandingkan Januari – Agustus 2017. Pada bulan tersebut mampu mencatatkan angka 17.642 unit. Artinya terjadi penurunan 1.997 unit di banding periode yang sama di tahun lalu.

Pada tahun 2017, Infinity sebagai flagship brand yang diberikan Nissan tidak mampu membukukan penjualan sama sekali di Indonesia. Hingga akhirnya mereka tidak mengoprasikan divisi ini lagi.

Mungkin ada beberapa alasan kenapa penjualan Nissan yang semakin menurun menurut sepengetahuan saya.

Alasan Penjualan Nissan Semakin Merosot

  1. Line-Up Yang Terbatas

Sebagai pabrikan asal Jepang, bisa dikatakan Nissan-lah yang memiliki line up produk yang paling sedikit. Melalui Nissan Motor Company hanya menjual 6 model pada tahun 2018 ini. Hanya ada Nissan Grand Livina, Serena, Xtrail, Teana, Terra dan Navara.

Di divisi Datsun juga tidak kalah sedikit line up produknya. Malah hanya ada 3 model saja yang dijual pada tahun ini. itupun mobil dengan satu basis yang diberikan perbedaan bodi dan fitur. Datsun hanya menjual Go series, mulai dari Go, Go + dan Go Cross.

Menurut saya, inilah yang menjadi pembentur konsumen membeli mobil dari Nissan. Pilihan produknya sangat sedikit. Bahkan bisa dikatakan mereka hanya memberikan satu pilihan mobil untuk setiap segment.

2. Progres Yang Lambat

Saat brand lainnya melakukan ubahan besar-besaran demi menarik konsumen. Entah merubah model secara ekstrim, hingga membuat mobil semakin canggih dari tahun ke tahun.

Namun, hal tersebut seperti tidak terjadi di Nissan ataupun Datsun. Saat yang lain sudah mencoba membuat apa yang konsumen inginkan dan berusaha menjadi trend setter di kelasnya masing-masing. Nissan masih adem ayem dengan produk mereka.

Bisa kita lihat, Nissan Grand Livina sebagai contohnya. Dari awal dikeluarkan tidak terlalu banyak ubahan yang diberikan. Hal tersebut membuat kejenuhan di pasar karena hampir tidak ada update yang menonjol dari mereka.

BACA JUGA : Nissan Grand Livina Edisi Spesial 2018

3. Aftersales dan Harga Jual

Memang sebagai brand otomotif asal Jepang, layanan aftersales mereka tidak sekuat brand Jepang lainnya. Jumlah dealer dan bengkel resmi mereka tidak sebanyak brand Jepang yang sama-sama memiliki nama besar.

Belum lagi nilai jual kembali yang bisa dikatakan agak jatuh membuat orang agak ragu untuk membeli unit baru Nissa. Hal tersebut masih ditambah dengan pandangan harga spare part Nissan yang mahal membuat orang semakin ragu.

Dampak Penjualan Nissan Semakin Merosot

Tentu saja angka penjualan yang semakin merosot membuat perusahaan merugi. Untuk menutupi kerugian ini mereka mengurangi kinerja perseroan. Bahkan PT Indomobil yang menjadi salah satu prakarsa berdirinya Nissan Indonesia menjual sebagian sahamnya.

Melalui anak perusahaan mereka, PT Indomobil mejual sebagian saham mereka yang berniali Rp 135 milyar. Dari awalnya mereka memiliki 25% saham di Nissan Motor Corporation sekarang menjadi di bawah 20% saja.

PT Indomobil juga memberikan alasan mengapa mereka melakukan divestasi kepada Nissan. Tentu saja karena kerugian yang terus terjadi setiap tahunnya. Hal tersebut membebani laporan laba rugi dan juga mempengaruhi dalam kemampuan pembagian deviden –RPMSUPER.COM

Bagikan:

Silahkan Masukan Komentar